Tuesday, May 17, 2011

Renungan Bawang Goreng

RENUNGAN BAWANG GORENG

Guys, pernahkah anda berpikir bagaimana cara membuat bawang goreng yang cantik? Atau mungkin anda sudah tahu bagaimana cara membuat bawang goreng dengan benar dan bagus? Berwarna coklat terang, renyah dan tahan lama? Mari kita sama-sama belajar dari proses pembuatan bawang goreng dan hubungannya dalam kehidupan rohani kita sebagai orang percaya kepada Tuhan Yesus.
                Berawal dari sebuah peristiwa sederhana, dimana seorang kerabat saya hendak mengadakan acara resepsi pernikahan. Seperti biasa, dalam pernikahan tradisional ala kampung, banyak tetangga dan kerabat-kerabat dekat yang membantu acara ini, terutama seksi konsumsi. Banyak ibu-ibu yang terlibat untuk membantu memasak dengan skill dan kepandaian mereka masing-masing.
Pada saat itu, seorang ibu yang tidak begitu pandai memasak ikut membantu dengan senang hati. Karena dia tidak begitu pandai seperti ibu-ibu yang lain, maka dia kebagian jatah untuk membuat bawang goreng. Pada awalnya, tidak ada yang memperhatikan bagaimana cara ibu tersebut mengolah bawang yang hendak digoreng, sampai akhirnya ada seorang ibu lain yang melihat hasil gorengan dari bawang-bawang tersebut berwarna coklat tua, lembek dan agak gosong.
Ketika ditanya kenapa hasilnya bisa jelek begini? Ibu itu menjawab dengan polosnya, kalo dia pernah diberitahu seorang temannya bagaimana cara membuat bawang goreng adalah dicampur dengan garam. Si ibu yang bertanya kepada ibu yang menggoreng bawang itu jadi bingung, “dicampur garam bagaimana maksudnya?” tanya ibu tersebut. “Ya rajangan bawang (merah) ini ditaburi garam, trus bawangnya dibolak-balik biar garamnya tercampur rata, lalu digoreng”, jawab ibu yang menggoreng bawang.
Si ibu yang bertanya tadi tertawa mendengar penjelasan dari ibu yang menggoreng bawang. “Bukan begitu caranya ibu, mari sini saya tunjukkan cara yang benar”. Lalu ibu yang kedua tadi mengambil sebuah baskom kecil yang di isi dengan air dan diberi garam lalu diaduk sampai garam tersebut larut. Setelah itu, rajangan bawang direndam di dalam air garam tersebut selama kira-kira 1 menit, setelah itu dibilas lagi dengan air bersih agar tidak terlalu asin, lalu digoreng.
Setelah digoreng, bawang goreng yang dihasilkan dari proses yang kedua tadi jauh lebih baik daripada bawang goreng  yang pertama. Berwarna coklat cerah, keras dan bisa tahan lama. Lalu si ibu yang tidak bisa memasak tadi bertanya, “Kok bisa begitu ya bu? Bawangnya sekarang jadi bagus”, tanya si ibu dengan heran. “Iya, karena waktu rajangan bawang tadi direndam dengan air garam, getah yang terdapat di bawang-bawang tersebut jadi hilang, makanya bisa bagus hasilnya”, jawab ibu kedua.
                Guys, apa kalian juga pernah mengalami hal ini? Hikmah apa yang kalian dapatkan dari pelajaran tentang bawang goreng ini? Disini saya mengajak anda sekalian yang membaca postingan kali ini untuk kita dapat sama-sama belajar mengenai Firman Tuhan (Alkitab) dan kebenarannya secara “benar”. Sebelum kita belajar lebih jauh tentang Firman Tuhan, saya mengajak anda koreksi diri masing-masing. Pada saat anda membaca dan merenungkan Firman Tuhan atau waktu saat teduh, anda telah meminta “Hikmat yang benar” yang dari Tuhan Yesus untuk mengerti setiap Firman yang anda terima pada saat itu?
Saya yakin, anda pasti sering bertemu dengan orang-orang yang menggunakan Firman Tuhan secara “sepenggal” untuk kepentingan pribadinya, atau jangan-jangan andalah orang itu? Bertobatlah, mari kita belajar Firman Tuhan secara “benar”, bukan dengan kepandaian (hikmat) kita sendiri. Saya pun pernah dalam posisi belajar Firman Tuhan dengan kepandaian saya, dan akhirnya apa yang saya lakukan hanya menimbulkan satu tanda tanya besar pada pemikiran saya akan Firman Tuhan yang saya terima, dan nggak jarang saya menyangkal kebenaran dari Firman Tuhan tersebut.
Suatu ketika, ada seorang bapak kenalan orang tua saya yang meminta ijin untuk tinggal dirumah saya bersama dengan istri dan seorang anaknya, karena dia ada masalah yang cukup pelik dalam keluarganya. Sebelumnya, orang ini tinggal bersama dengan orang tuanya dan belum memiliki rumah sendiri, namun ketika satu masalah yang sangat besar muncul, akhirnya mereka diusir keluar dari rumah itu beserta dengan barang-barangnya. Pada saat itu, bapak ini masih dalam masa-masa menanti panggilan kerja di kapal pesiar.
Singkat cerita, sang bapak ini akhirnya berangkat kerja di sebuah perusahaan kapal pesiar internasional, sebuah perusahaan kapal pesiar yang cukup terkenal. Otomatis hal ini membuat sang istri jadi senang, karena doa-doa mereka akan berkat Tuhan terjawab. Namun apa yang terjadi, hanya dalam waktu kurang lebih 1.5 bulan, sang bapak ini dipecat dari pekerjaannya karena sebuah kesalahan sepele, menjatuhkan sekoci. Dia dipulangkan langsung pada saat itu akibat kelalaiannya dalam bekerja. Benar-benar sebuah berita yang sangat mengejutkan, apalagi bagi sang istri.
Akhirnya, ditengah-tengah kekecewaan, stress dan sebagainya, keluarga ini mulai berdiam diri dan mencari jawaban dari Tuhan. Mulai lagi mengadakan mezbah keluarga setiap pagi.
Hari demi hari dilalui. Doa-doa terus dipanjatkan kepada Tuhan, namun pada kenyataannya masalah demi masalah tidak kunjung selesai, apalagi masalah financial. Hal ini semakin membuatnya dalam kondisi benar-benar stress dan tertekan. Kebutuhan belanja setiap hari, kebutuhan sekolah anaknya, sedangkan dia sendiri tidak memiliki uang. Akhirnya, ketidak percayaan itu mulai timbul. Sang bapak jadi mudah marah, emosinya tidak stabil. Setiap kali mezbah keluarga, Firman yang disampaikan ditolaknya mentah-mentah. Sampai pada akhirnya, keluar sebuah pernyataan untuk merobek alkitab mengenai salah satu ayat, yang menurutnya tidak cocok dengan kenyataan hidup. “Imamat rajani, umat kepunyaan Allah, mana?? Buktinya hidup saya semakin sulit!!! Robek saja halaman di Alkitab yang memuat ayat itu, itu ayatnya nggak bener!!!”, kira-kira begitulah kata-kata yang keluar dari mulutnya.
                Guys, mari kita koreksi lagi diri kita sendiri. Seringkali kitapun sudah bersikap seperti itu, benar? Pengalaman ini memang Tuhan ijinkan dikehidupan kita, agar kita belajar untuk mengenal-Nya secara benar. Mengenal pribadi Tuhan Yesus secara benar dan utuh. Dan darimana kita bisa mengenalnya secara benar dan utuh kalau kita mengandalkan akal pikiran kita? Bukannya kita harus minta “hikmat yang benar” yang dari Tuhan Yesus sendiri supaya kita bisa mengenalnya lebih dekat?
Lalu apa hubungannya dengan “Bawang goreng” tadi?? :)
Coba perhatikan urutan  pembuatan bawang goreng dibawah ini, antara ibu A yang nggak pintar masak dengan ibu B yang berpengalaman.



Kita ibaratkan bawang goreng tersebut adalah diri kita sendiri, dan garam adalah Firman Tuhan (Alkitab). Dalam kedua tahapan proses tersebut, sama-sama menggunakan garam. Ini adalah gambaran dari kehidupan orang-orang Kristen yang menggunakan Firman Tuhan sebagai dasar pengertian dalam kehidupan mereka, namun disini kita melihat perbedaan yang sangat jelas.
                Dalam gambaran proses yang dilakukan, kita melihat perbedaan pada saat mengolah bawang tersebut dengan garam. Sama halnya dengan Firman Tuhan. Kebenaran Firman Tuhan yang kita terima tanpa “hikmat yang benar” yang dari Tuhan Yesus sendiri, itu sama seperti apa yang dilakukan oleh ibu A yang mencampur rajangan bawang dengan garam. Ketika proses penggorengan dilakukan, garam tersebut akhirnya malah meningkatkan suhu panas dari minyak goreng dan membuat bawang tersebut jadi mudah gosong, benar kan? Sama seperti apa yang dialami oleh seorang bapak yang tinggal dirumah saya. Perlu diketahui, bapak ini bukan orang yang baru kenal Tuhan atau bertobat, tapi dia orang Kristen sejak lahir, hidup di keluarga Kristen, dan pernah sekolah di sekolah tinggi Alkitab, jadi orang ini tau betul apa itu Alkitab dan isinya.
Namun apa yang terjadi? Seperti yang telah anda baca, dia sampai mengeluarkan statement untuk merobek lembaran Alkitab karena menurutnya isi ayat yang tercantum disitu tidak benar. Ayat dari Alkitab (garam) tersebut meningkatkan suhu emosionalnya ketika sebuah masalah muncul dan jawaban Tuhan (dalam hal ini kebutuhan berkat jasmani, financial, dsb.) tidak kunjung datang (proses penggorengan bawang). Dan apabila hal ini terus berlanjut, kita sudah tahu bagaimana hasilnya. Gosong!
                Maka dari itu, meminta “hikmat yang benar” yang dari Tuhan sendiri adalah hal yang sangat sangat sangat sangat penting!!! Firman Tuhan ditambah dengan “hikmat yang benar” itu sama dengan larutan air garam yang merendam rajangan bawang tersebut. Dalam proses ini juga dijelaskan oleh ibu B, bahwa pada saat rajangan bawang direndam selama 1 menit dengan air garam, getah yang terdapat pada bawang tersebut dihilangkan. Sama halnya dengan kita, ketika Firman Tuhan yang kita terima dengan “hikmat yang benar”, itu akan menghilangkan “getah-getah” yang terdapat pada diri kita. Berdiam diri, koreksi akan hal-hal apa yang sudah kita lakukan, apakah kita sudah merasa diri benar, atau ada kesombongan dalam diri kita, bagaimana kita mengatur emosi dan mengalahkan nafsu kedagingan kita; itu adalah beberapa contoh getah-getah yang ada dalam diri kita yang ingin dihilangkan oleh Tuhan.
Selanjutnya adalah proses pembilasan dengan air. Dalam hal ini, proses pembilasan dengan air  bisa diartikan sebagai pembasuhan dengan darah Kristus untuk menyucikan kita dan pimpinan dari Roh Kudus diseluruh aspek kehidupan kita. Nah, ketika proses-proses ini sudah kita lakukan, anda lihat sendiri bagaimana hasilnya.
                Well guys, kita sudah belajar lagi satu hal baru dalam kita memahami Firman Tuhan dan bagaimana supaya kita bisa hidup benar dihadapan-Nya. Saya tidak akan menjelaskan hasil yang didapat itu harus bagaimana, karena setiap orang memiliki pengalaman dan latar belakang yang berbeda, serta cara yang berbeda ketika “digoreng” oleh Tuhan di setiap pergumulan yang dihadapi. Namun, mari kita sama-sama belajar dari hukum alam tentang cara menggoreng bawang dan bagaimana hasil dari penggorengan tersebut ketika kita melalui tahapan-tahapan proses dengan benar.
Dari hal yang sangat sederhana ini, kita mendapat pengertian yang sangat luas tentang bagaimana kita hidup yang “benar” dihadapan Tuhan. Menurut saya, Tuhan Yesus tidak serumit itu untuk dipahami, yang membuat rumit adalah diri kita sendiri. Ketika kita benar-benar berserah untuk meminta hikmat yang benar dan pimpinan yang benar dari Tuhan Yesus dan bimbingan serta arahan dari Roh Kudus, maka Tuhan Yesus akan dengan senang hati menuntun dan mengajar kita setapak demi setapak, jatuh-bangun, dan sebagainya sampai kita benar-benar mengerti kepribadian-Nya secara utuh.
Satu hal yang sangat luar biasa ketika kita mengerti kepribadian Tuhan Yesus secara benar dan utuh, sehingga kita bisa berkata dengan lantang bahwa, “Tuhan Yesus lebih besar dari setiap masalah-masalah berat yang kutemui, lebih berharga daripada semua harta yang paling bernilai dimuka bumi ini, dan aku mencintai-Nya lebih dari apapun dan siapapun dalam hidupku”.

Gosong atau bagus, anda sendirilah yang menentukan hasilnya. :)

No comments:

Post a Comment